Belajar Bisnis Fashion dari Pemilik Brand Shafira

Tiga puluh tahun lebih “Shafira” eksis di dunia bisnis fashion busana muslim. Tidak heran jika brand ini jadi top of mind di Indonesia. Sehingga setiap kali perempuan Indonesia berbicara tentang brand busana muslim, nama Shafira akan muncul dalam benak mereka.
 
Keberhasilan Shafira merebut pasar kelas menengah ke atas tersebut, tentunya tidak lepas dari eksistensi pendirinya, yaitu Feny Mustafa yang merintis Shafira sejak tahun 1989. Pada saat itu, perempuan Indonesia yang mengenakan busana muslim masih belum sebanyak seperti sekarang.
 
Sehingga menjadi prestasi tersendiri bagi perempuan yang juga mentor di Program MBA CCE ITB Bandung ini saat mampu menjalankan bisnisnya selama 30 tahun lebih. Bahkan mengembangkan Shafira melalui Shafco (Shafira Corporation).
 

Awal Mula Shafira & Shafco

 
Menurut Feny, saat pertama kali mendirikan Shafira, harapannya dapat menyasar semua segmen pasar. Namun, hal tersebut ternyata tidak mungkin untuk dilakukan, karena ada kelompok konsumen yang merasa bahwa harga produk Shafira terlalu mahal untuk ukuran kantong mereka.
 
Itu sebabnya Feny lantas membuka Zoya dengan pangsa pasar kelas menengah. Langkah tersebut sukses seiring dengan dominannya pasar kelas menengah yang menjadi konsumen produk busana muslim. Sehingga Zoya pun dalam waktu singkat membuka lebih dari 120 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
 
Sukses meundercover.co.id/dik pasar kelas menengah, mendorong Feny untuk mencoba menggarap pasar kelas menengah ke bawah lewat brand Mezora. Kali ini juga sukses dengan dibukanya 60 stores Mezora di berbagai tempat.
 
Selanjutnya yang dijadikan sasaran adalah pasar kelas atas dengan meluncurkan brand Encyclo. Sayangnya, untuk dapat bersaing dengan retail dari luar negeri di mal-mal, Encyclo mengalami kesulitan.
 
Persoalannya, gerai yang ada di mal-mal yang ramai oleh pengunjung sudah penuh, sehingga Encyclo hanya kebagian gerai di mall-mall yang sepi.
 
Tentunya hal tersebut berdampak pada omzet penjualan, sehingga produk-produk Encyclo pun akhirnya ditarik dan dijual di toko-toko Shafco yang lain.
 
Pasang surut dalam menjalankan bisnis fahion busana muslim tersebut menjadi pelajaran berharga bagi Feny sekaligus memperkaya wawasannya di dunia bisnis.
 
Tidak heran jika dia kerap diminta untuk berbagi pengetahuan seputar tips sukses membesarkan Shafira di berbagai acara seminar dan talk show, termasuk di hadapan mahasiswa MBA CCE ITB Bandung. Berikut  beberapa tips sukses dari pemilik brand Shafira tersebut.
 

Shafira & Shafco Bangun Network

“Bisnis tidak harus memiliki modal uang, karena modal yang paling utama adalah diri sendiri,’ demikian saran Feny bagi mereka yang akan membuka usaha.
 
Feny menyampaikan hal tersebut merujuk pada pengalamannya sendiri saat akan mendirikan Shafira. Saat itu dia sama sekali tidak memiliki modal uang, sehingga terpaksa meminjam dari ibunya, teman-temannya, kakak-kakak mentornya di Masjid Salman ITB Bandung, bahkan kepada dosennya.
 
Untuk bisa memperoleh pinjaman modal sudah barang tentu harus dipercaya oleh orang lain. Disitulah pentingnya networking.
 
“Pada dasarnya, networking memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah investor yang harus percaya pada kita agar mau berinvestasi. Sisi kedua adalah konsumen yang harus percaya pada kualitas barang yang kita jual,” kata Feny.
 
Networking tersebut menurut Feny harus senantiasa dipelihara dengan membangun kepercayaan terhadap investor maupun konsumen. Jangan sampai kita menghubungi seseorang hanya pada saat membutuhkan.
 
“Bisnis itu sebenarnya sederhana. Untuk memproduksi barang kita membutuhkan modal dan untuk menjual barang kita membutuhkan pembeli. Keduanya bisa berjalan jika kita memiliki networking.”.
 

Shafira & Shafco Bersikap Profesional

Sikap profesional yang dimaksud adalah bekerja sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki. Pebisnis fashion seharusnya tidak menangani semua urusan perusahaan seorang diri dan harus merekrut seorang profesional untuk ikut menangani.
 
Namun kebanyakan pebisnis fashion pemula kerap mengabaikan hal tersebut. Segala urusan, mulai dari belanja bahan, mendesain, melayani pembeli di media sosial sampai dengan mencatat keluar masuknya keuangan, semua dikerjakan sendiri, kecuali untuk angkut-angkut barang.
 
Hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi, karena urusan yang dikerjakan oleh mereka yang bukan ahlinya tidak akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.
 
baca juga
Belajar dari Milyader Muda Pemilik Brand Men’s Republic
1000.001 Ide Bisnis UKM Dengan Modal Mulai 100 Ribu
Bedah Tips Sukses Pemilik Elzatta Hijab
 
 
“Sejak awal menjalankan bisnis, saya sudah merekrut bagian akunting. Karena saya seorang seniman, seorang desainer, maka yang saya kerjakan hanya mendesain saja. Karena itulah keuangan perusahaan saya sejak awal sudah rapi meskipun saya tidak menguasai ilmu akuntansi,” papar Feny Mustafa. (*)