Peluang Bisnis Startup Di Indonesia

Perkembangan signifikan terkait populasi penggunaan internet di Indonesia telah mendorong pasar digital Indonesia melaju cepat, bahkan menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Pertumbuhan nilai ekonomi digital ini diprediksi akan mencapai 100 miliar USD pada 2025 mendatang. Maka tak heran jika bisnis startup di Indonesia semakin menjamur dari waktu ke waktu.
Seiring menjamurnya bisnis startup di Indonesia, hal ini membuat banyak investor lokal dan asing semakin tertarik untuk menyuntikan dananya kepada perusahaan-perusahaan digital. Berikut ini adalah beberapa lahan bisnis yang dianggap paling potensial di tahun 2019

Online Advertising

Mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia selalu bertambah setiap waktu, lahan periklanan pun akan semakin menjanjikan. Seperti yang sudah kita ketahui, sebagian besar orang kini banyak menghabiskan waktunya di internet, dengan begitu akan mempermudah para pelaku bisnis untuk menarik pelanggan melalui iklan digital.

E-Course

E-Course atau kursus digital mulai banyak diminati akhir-akhir ini, hal itu terbukti berdasarkan perkembangan signifikan dari startup-startup yang mengusung konsep E-Course. Proses pembelajaran via digital pun dinilai lebih mudah dicerna dan menyenangkan.

Panduan Wisata

Dalam jajaran startup Indonesia peringkat teratas, beberapa diantaranya ditempati oleh startup-startup yang bergerak dalam bidang pariwisata. Sebut saja Traveloka atau PegiPegi, keduanya menduduki rangking 20 besar startup terbaik di Indonesia. Berbagai kemudahan yang ditawarkan melalui bisnis ini mampu menarik minat banyak orang.

Kesehatan

Kategori kesehatan pun tak kalah menjanjikan, bahkan startup-startup dengan konsep ini sedang berkembang pesat dan menjadi perhatian banyak pihak sejak beberapa waktu kebelakang. Di tahun 2019 ini, startup dengan kategori kesehatan diprediksi akan menjadi tren utama.

Fintech

Startup fintech telah menunjukan perkembangan yang luar biasa sejak beberapa tahun terkahir. Sampai pada akhir tahun 2018, berbagai startup fintech di Indonesia diketahui telah menggelontorkan dana pinjaman mencapai 13,8 triliun rupiah ke berbagai penjuru daerah di Indonesia. Yang lebih menariknya lagi, kategori ini merupakan yang paling banyak diminati para investor dibanding kategori lain.

E-Commerce

Konsep E-Commerce sebenarnya sudah tidak asing lagi di dunia startup, sebagian besar raksasa-raksasa startup bahkan bergerak di bidang ini. Walaupun persaingannya lumayan panas, nilai potensial startup E-Commerce diyakini akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2022 nanti, pemasukan bisnis E-Commerce diprediksi akan menyentuh angka 251,7 triliun rupiah.
 

Thinkubator Menawarkan Hadiah 3 Miliar Untuk Pelaku Usaha Startup

 
Kabar geundercover.co.id/ra untuk para pelaku usaha startup di Indonesia, pasalnya, dalam waktu dekat ini akan diselenggarakan sebuah ajang kompetisi startup oleh Thinkubator dengan total hadiah sebesar 3 miliar Rupiah bagi pemenang terpilih.
Ajang ini merupakan wadah sempurna bagi startup untuk mendapatkan mentoring serta kiat-kiat jitu lainnya langsung dari para ahli di bidangnya. Selain itu, disini para pelaku usaha bisa menemukan banyak peluang untuk melebarkan networking dan pendanaan usaha. Semuanya bisa didapatkan dalam satu konferensi.
Thinkubator membuka kesempatan bagi startup yang ingin mengembangkan usahanya, khususnya untuk mereka yang memiliki potensi tetapi masih terkendala masalah pengembangan ide untuk produknya.
Thinkubator merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap kemajuan industri startup di Indonesia, terlebih, ajang ini diinisiasi langsung oleh Menko Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan dengan menggandeng Grab selaku Official Mobile Platform Partner untuk Thinkubator.
Nantinya, 150 startup terpilih akan diikut sertakan dalam konferensi dan workshop bersama para ahli berpengalaman. Dari 150 peserta tersebut, hanya ada 6 startup terbaik yang akan lolos ke babak Final Live Pitch, setelah itu masing-masing startup akan berhadapan dengan para juri yang nantinya akan menjadi investor bagi perusahaan mereka.
Juri-juri tersebut adalah Chairul Tanjung (Chairman di CT Corp), Friderica Widyasari Dewi (Executive Director di KSEI), William Tanuwijaya (Co-Founder di Tokopedia), Enda Nasution (Executive Director di 1000 Startup) dan Stephanie Yoe (Venture Partner di Fenox Venture).
Untuk pengisi acara/peundercover.co.id/caranya sendiri terdiri dari para ahli-ahli berpengalaman di bidang startup seperti Tan Hooi Ling (Co-Founder Grab), Belva Devara (CEO Ruangguru), Tantyo Bangun (CEO Kecipir.com), Leonika Sari (CEO Redblood), Dian Wulandari (Founder Instellar), Dina Kosasih (Head of Product Green House), Andreas Senjaya (Co-Founder & CEO IGrow), Dian Prayogi Susanto (CEO Habibi Garden), Billy Boen (Founder & CEO Young on Top), Grab Venture Capital, Anto Motulz (Creative Advisor Kreavi), Yasa Singgih (Founder Men’s Republic), Stephanie Yoe (Venture Partner di Fenox Venture), Samuel A Pangerapan (Dirjen Aplikasi Informatika), dan masih banyak lagi.
Kalau kamu tertarik untuk mendaftarkan diri dalam ajang kompetisi ini, kamu bisa melakukan pendaftaran melalui situs www.thinkubator.detik.com sampai batas waktu 21 Maret 2019. Untuk proses seleksi akan diselenggarakan pada 22 Maret 2019, dan kalau kamu berhasil lolos, kamu akan mengikuti konferensi & workshop pada tanggal 28 Maret 2019.
 
 

Tahun Ini, Ada 2 Startup Asal Indonesia yang Diprediksi Akan Naik Level Menjadi ‘Decacorn’

 
Seperti yang sudah kita ketahui, perusahaan rintisan berbasis digital atau startup terdiri dari beberapa ‘kasta’ yang dibedakan berdasarkan nilai valuasinya, dimulai dari Cockroach, kemudian naik ke level Ponies, lalu diatasnya ada Centaurs, Unicorn, Decacorn , dan ‘kasta’ tertinggi ada di level Hectocorn.
Indonesia sendiri sudah memiliki 4 perusahaan startup yang kini berada di level unicorn, itu artinya, 4 perusahaan startup tersebut memiliki nilai valuasi sebesar 1 miliar USD.
Menariknya lagi, menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, pada tahun 2019 ini Indonesia berpotensi memiliki 2 startup yang akan naik ke level decacorn, dimana dua perusahaan tersebut diprediksi akan memiliki nilai valuasi diatas 10 miliar USD atau setara 141 triliun rupiah lebih.
Hal ini disampaikan Menteri Rudiantara sejak tahun 2018 lalu. Selain itu, dirinya juga mengatakan bahwa pemerintah menargetkan Indonesia memiliki 5 startup unicorn pada tahun 2019. 4 startup unicorn yang telah berdiri adalah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka, tinggal menunggu satu perusahaan lagi maka target pemerintah akan tercapai.
Terkait dengan 2 startup yang berpotensi naik ke level decacorn, Menteri Rudiantara tidak memberikan bocoran tentang perusahaan startup mana yang dia maksud, tetapi yang paling mendekati status decacorn adalah 4 startup yang kini telah menjadi unicorn karena nilai valuasi mereka sudah berada di atas 1 miliar USD, bahkan beberapa sudah hampir mendekati 10 miliar USD.
Sampai pada akhir tahun 2018, Indonesia Digital Creative Industry Society melaporkan jumlah startup di Indonesia sudah mencapai 992 perusahaan yang berbergak di berbagai sektor industri dan non-industri.
Semua Ini merupakan suatu bentuk kemajuan di dunia bisnis Indonesia, banyaknya permintaan dari para konsumen terhadap jasa dan produk yang ditawarkan telah mendorong minat investasi dari para pemodal, maka tak heran kalau startup akan menjadi model bisnis yang menjanjikan di masa mendatang.
Selain dukungan dari para investor, perhatian pemerintah juga tak kalah pentingnya dalam progres perkembangan startup-startup di Indonesia. Seperti yang disampaikan CEO Tokopedia William Tanuwijaya di acara  Konferensi Pers The 1st NextiCorn International Summit di Bali Nusa Dua Convention Center.
“Kalau zaman kami membangun perusahaan teknologi, tidak ada event seperti ini. Dahulu pemerintah pasif, sekarang menciptakan program seperti ini mengundang role model unicorn dan investor juga diundang,” jelas William, seperti dilansir melalui situs resmi Kominfo.
 
 
 

Seberapa Potensial Membangun Usaha Startup di Indonesia?

 
“Saya ditanya seseorang, apa bisnis yang akan saya lakukan bila terlahir kembali. Saya jawab ‘akan bikin startup company’. Kenapa? Saya enggak perlu cari profit,”
-Chairul Tanjung-
 
Tidak mungkin seorang pengusaha sukses sekaliber Chairul Tanjung memilih suatu ranah usaha jika itu tidak menjanjikan. Hal ini sekaligus menjadi pertanda bahwa bisnis startup memiliki potensi-potensi yang menguntungkan. Tapi pertanyaannya, seberapa tinggi kah potensi tersebut?
Menurut Gregory F Treverton, melalui bukunya Measuring National Power, dia menyebutkan ada 4 pilar yang berperan besar dalam memperkuat ekonomi suatu bangsa, dimana salah satunya adalah inovasi teknologi. Seiring dengan berkembangnya inovasi teknologi, otomatis kehidupan manusia akan menjadi lebih mudah, dan secara tidak langsung akan ikut mempengaruhi perubahan sosial ke arah yang lebih baik, terutama dalam segi profesi dan budaya.
Semua hal itu bisa didorong dengan perkembangan perusahaan berbasis digital atau startup. Di masa mendatang, populasi penduduk di Indonesia kemungkinan besar akan mengalami perubahan struktural, dimana sebagian besar didominasi oleh penduduk dengan usia produktif yang lahir pada periode 1980an sampai awal tahun 2000. Penduduk yang lahir pada rentang periode tersebut hidup di masa-masa inovasi teknologi mulai berkembang pesat, otomatis mereka lebih melek teknologi dibanding generasi sebelumnya.
Sekarang mari kita lihat kenyataan di lapangan, perkembangan inovasi teknologi telah terbukti mengalami progres yang signifikan, dan seiring dengan itu, budaya profesi juga ikut mengalami perubahan. Mengapa budaya kerja bisa ikut berubah? Hal ini tidak lepas dari ketertarikan para kaum milenial yang lebih memilih jenis profesi dengan fleksibilitas waktu dan tempat. Dan ranah profesi yang memiliki budaya seperti itu paling banyak ditemukan dalam perusahaan startup.
Beruntungnya lagi, sikap pemerintah dalam menaungi para pelaku bisnis startup dinilai cukup baik, walaupun sempat mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dinilai memberatkan, nyatanya birokrasi selalu mendukung penuh keberadaan startup di Indonesia.
Kendati demikian, keberhasilan sebuah perusahaan startup tidak serta-merta ditentukan oleh kondisi-kondisi itu saja. Pelaku usaha harus pandai membaca kebutuhan dan memberikan feedback secepat mungkin. Dalam hal ini, Ide dan kategori bisnis lah yang akan menentukan. Jika kita perhatikan startup-startup yang menduduki daftar peringkat teratas, rata-rata mereka bergerak di bidang yang saat ini paling banyak digandrungi, seperti jasa transportasi, jual-beli, layanan akomodasi wisata, dll.
 

Inilah Tantangan yang Akan Dihadapi Para Pelaku Usaha Startup di Tahun 2019

 
Pada tahun 2019 ini, sejumlah pihak telah memprediksi akan kemunculan beberapa faktor-faktor penting yang akan menjadi tantangan baru bagi startup-startup di Indonesia. BOI Research contohnya, perusahaan riset pasar di Asia dan Eropa ini telah merilis data penelitiannya terkait tantangan tersebut.
“Dari sisi birokrasi, menurut data yang kami peroleh, rata-rata pelaku startup menganggap sulit mendirikan perusahaan di Indonesia dibandingkan negara-negara tetangganya. Di Indonesia proses izin dan administrasi untuk mendaftarkan usaha bisa memakan waktu dua hingga tiga bulan meskipun sudah menggunakan agen atau notaris. Untuk pelaku usaha asing, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai lima bulan. Hal ini disebabkan oleh ketidakjelasan informasi dan persyaratan yang harus dipenuhi. Tentu ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah,” jelas Direktur BOI Research Ingmar van den Brink, seperti dilansir melalui tablodipulsa.
Kesimpulan yang bisa kita petik dari hasil penelititan tersebut adalah bahwa tantangan yang akan dihadapi masih berkutat di sekitar area penjualan, manajemen keuangan, human resource, lokasi usaha, dan juga masalah birokrasi.
Sementara itu, untuk ranah startup fintech, khususnya yang bermain di bidang lending, ada beberapa hal yang nantinya akan menjadi standar baru di lingkungan usaha ini. OJK mencatat bahwa pertumbuhan startup di kategori fintech lending telah mengalami kenaikan yang cukup siginifikan. Tahun lalu, dalam laporan OJK per September 2018, startup fintech lending telah mengalirkan dana pinjaman sebesar 13,8 triliun rupiah ke berbagai daerah di Indonesia.
Tapi di sisi lain, OJK juga telah menerima ratusan laporan penipuan dari masyarakat yang dilakukan sejumlah oknum pelaku usaha fintech. Hal ini tak luput dari pengaruh pertumbuhan startup fintech yang kian menjamur, tapi tidak dibarengi dengan kualitas pelayanan dan kredibilitas usaha.
Hal ini lah yang akhirnya membuat AFTECH (Asosiasi Fintech Indonesia) membentuk sebuah badan baru untuk menangani situasi tersebut. Badan yang mereka bentuk adalah Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), badan ini nantinya akan menjamin penyelenggaraan bisnis fintech lending di tahun 2019 ini menjadi lebih baik.
Masalah ini memang sempat menjadi kontroversi beberapa waktu kebelakang, banyak orang yang mengadukan penyimpangan-penyimpangan merugikan yang dilakukan oknum-oknum startup fintech lending. OJK pun sempat memaksa ratusan startup fintech yang terindikasi melakukan pelanggaran untuk menghentikan pelayanannya.
 
 
 

Perkembangan Dacorn Pertama Indonesia, Go Jek

Go Jek merupakan platform akomodasi online.
Platform ini sudah beroperasi lama di Indonesia.
Ketika dulunya baru disebut sebagai unicornnya Indonesia, kini Gojek sudah berevolusi meninggalkan yang lainnya menjadi Dacorn Indonesia.
Ini berarti Gojek memiliki nilai aset yang sudah lebih dari $10 Miliar.
Semua itu berkat investor yang berinvestasi ke Gojek.

Startup Transportasi dan Logistik

Go-Jek merupakan perusahaan jaringan transportasi dan startup logistik di Indonesia.
Gojek memiliki pesaing utama yakni Go Car di Indonesia.
Keduanya sama-sama bergerak ke bidang usaha layanan jasa pesan dan antar barang, termasuk juga penumpang.
Gojek menjadi Dacorn pertama di Indonesia yang juga merupakan satu-satunya perusahaan di Asia Tenggara yang masuk ke dalam 50 Perusahaan Fortune yang Mengubah Dunia pada tahun 2017.
Gojek masuk ke peringkat 17 bersama dengan Apple Inc., Unilever, dan Microsoft pada kategori tersebut.
Go-Jek tidak hanya beroperasi di Indonesia,  tetapi juga di Vietnam, Singapura, Thailand
Pada Februari 2019, nilai estimasi perusahaan sudah mencapai lebih dari US $ 10 miliar, sehingga membuatnya disebut sebagai Dacorn pertama di Indonesia.

Go-Jek, Merek yang Kuat

Go-Jek masuk ke dalam peringkat 10 Merek Paling Kuat di Indonesia dan termasuk juga sebagia merek Transportasi dan Logistik Paling Kuat.
Go-Jek mendapatkan dukungan keuangan dari Google, termasuk juga dari Singapura Temasek Holdings dan raksasa internet China, Tencent.
Tak hanya itu, perusahaan Go-Jek juga meraih investasi dari Pathao, sebuah perusahaan jaringan transportasi yang beroperasi di Bangladesh.
Go-Jek juga bermitra dengan DBS, bank terbesar dari Singapura.

Kemunculan Go-Jek di Indonesia

Perusahaan yang berasal dari istilah ojek ini muncul pertama kali di Indonesia pada tahun 2010.
Kemunculannya yang pertama kali jelas mendapatkan kritik dan penolakan dari masyarakat.
Pada awal kemunculannya hanya ada sekitar 20 pengemudi sepeda motor, namun seiring berjalannya waktu, jumlah armadanya sudah lebih dari 1 juta.
Go-Jek lalu diterima sebagai bagian dari faktor pendorong dan penarik ekonomi di Indonesia.
Go-jek semakin berkibar dengan diluncurkannya aplikasi Go-Jek pada tahun 2015.
Dalam waktu singkat, aplikasi ini sudah memiliki pelanggan lebih dari 30 juta, otomatis operasional Go Jek pun semakin meningkat.

Pendiri Go-jek

Anda mungkin membutuhkan sedikit informasi mengenai pendiri Go-jek.
Go-Jek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia yang memiliki gelar sarjana dari Brown University dan Harvard Business School.
Sebelum mendirikan Go-Jek, dia bekerja di konsultan McKinsey and Co. selama tiga tahun.
Sebagai pengguna ojek yang loyal, Nadiem menemukan bahwa pengemudi ojek menghabiskan sebagian besar waktu mereka menunggu pelanggan.
Sementara pelanggan membuang waktu berkeliling mencari ojek yang tersedia.
Go-Jek kemudian dibangun untuk mengatasi masalah ini, dengan menyediakan platform di mana pengemudi dan pengendara dapat terhubung secara efisien.
Dengan adanya aplikasi, memungkinkan para pengemudi untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Pendapatan Go-Jek

Makarim mendirikan Go-Jek pada 2010 dan memperluasnya dari layanan telepon pesan ojek menjadi menjadi aplikasi transportasi on-demand yang menyaingi Uber di Indonesia.
Pada Agustus 2016, perusahaan telah berhasil mendapatkan dana investasi sebanyak $ 550 juta dari investor swasta .
Aplikasinya sendiri telah menerima investasi sebanyak $ 1,2 miliar dari layanan Internet China Tencent.
Dengan diperolehnya investasi perusahaan-perusahana papan atas tersebut, Go-Jek dapat mengembangkan aplikasinya menjadi aplikasi yang fungsional di seluruh Indonesia.
Hingga sampai hari ini, Go-jek bisa membuak berbagai macam layanan seperti Go Food yang berupa layanan pesan antar makanan, sampai dengan Go Massage.
Semua layanan ini mempermudah konsumen mendapatkan jasa yang dibutuhkannya.
Sebaliknya, sebagai penyedia jasa dan produk, menjadi lebih mudah mendapatkan pelanggan.
 
 

Tips Sukses Dengan Bisnis Startup Ala Timmy Pendiri “Kita Bisa”

 
Jatuh bangun dalam merintis usaha adalah suatu keniscayaan, siapapun yang menjalankan bisnis pasti akan mengalami fase trial and error, suatu fase yang kelak akan menjadi pembelajaran berharga dalam menjalankan usaha. Tidak ada satu pun pengusaha sukses yang tidak pernah berada dalam situasi jatuh bangun, termasuk para pelaku usaha startup.
Dalam suatu kesempatan saat memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair), Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional Soetrisno Bachir berkata kepada ratusan mahasiswa di hadapannya,
“Tipsnya jadi pengusaha itu harus bangkrut berkali-kali. Tapi bukan berarti kalau bangkrut itu langsung gagal,”
“Saya ini sudah bangkrut berpuluh-puluh kali. Itu harus dialami. Dari kegagalan kita akan bisa menjadi berhasil,” jelas Soetrisno Bachir.
Melalui ucapannya, Soetrisno Bachir telah menegaskan bahwa kegagalan memiliki peran penting dalam menjalankan usaha, tidak ada yang namanya keberhasilan tanpa mengalami kegagalan terlebih dahulu. Lalu bagaimana caranya agar suatu kegagalan bisa berbalik menjadi keberhasilan? Salah satunya adalah dengan cara belajar dari ahlinya.
Alfatih Timur atau yang lebih akrab disapa Timmy, seorang pengusaha muda yang telah berhasil sukses dengan bisnis startup-nya, yaitu Kitabisa.com, memberikan tips-tips berharga yang bisa kita jadikan referensi. Menurut Timmy, hal pertama yang perlu disadari adalah jangan terburu-buru jika ingin mendirikan perusahaan startup.
“Jadi ini oke untuk kerja dulu terutama di start up lain. Mau itu kecil atau besar tidak masalah. Kalau yang besar, kita bisa belajar lebih banyak karena sistemnya ready. Lalau yang kecil, kita bisa lebih hands-on sama problem, lalu kenal dengan CEO,” jelas Timmy, seperti dilansir melalui jawapos.
 
baca juga
900 Pebisnis Start Up Bisnis Digital Di Dalam Dan Luar Negri
5 Startup Decacorn Dunia
6 Startup Anti-Mainstream
 
 
Timmy menekankan betapa pentingnya mempelajari ilmu-ilmu yang tidak kita dapatkan dalam pendidikan formal, khususnya bagi kaum muda yang hendak mendirikan startup.
“Kalau kerja bukan masalah di mananya, tapi sama siapa. Kalau kerja tempat bagus tapi manajer tidak menginspirasi percuma. Mungkin buat anak muda, cari yang mau dikerjain, cari supervisor yang mau mentorin. Nah, pelan-pelan belajar dari sana,” ujar Timmy.
Selain itu, perihal mencari ide dan inspirasi yang nantinya akan menjadi ujung tombak dalam menjalankan bisnis, Timmy menyarankan agar kita selalu aktif memantau perkembangan startup di luar negeri. Dengan begitu, kita bisa mempelajari pola-pola tertentu untuk kemudian diolah menjadi ide baru.
“Kata kuncinya rasa ingin tahu sih. Ya, kids zaman now senjatanya internet. Cuma itu dipakai buat apa? apa buat happy aja? atau mau untuk cari ilmu. Penting banget, kalau orang rasa ingin tahunya tinggi saat dia nemu masalah, tertarik sama sesuatu dia googling, dan dia baca,” jelas Timmy.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
× How can we help you?