Margin Layanan Telemedicine Tipis

Bisnis sejumlah perusahaan healthtech (teknologi kesehatan) di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam setahun terakhir. Halodoc misalnya, mengklaim ada kenaikan transaksi hingga 10 kali lipat untuk layanan konsultasi dokternya dibanding masa sebelum pandemi Covid-19 merebak. Kenaikan ini juga dialami oleh penyedia layanan serupa lainnya, seperti Good Doctor, Sehatqu, hingga Alodokter.

Kenaikan pemanfaatan layanan kesehatan jarak jauh ini dirasakan oleh dokter Putra (bukan nama sebenarnya). Ia telah bergabung dan dikontrak jadi salah satu mitra dalam suatu platform layanan kesehatan sejak 2019 silam. Putra mau berbagi dengan undercover.co.id/, asal identitasnya disamarkan karena kerahasiaan kontrak.

Margin Layanan Telemedicine Tipis, Penghasilan Dokternya Ikutan Kecil

Dari awalnya hanya melayani 3-5 pasien telemedicine (pemberian layanan kesehatan jarak jauh) seminggu, kini ia bisa melayani 10-40 orang per minggu, dengan durasi praktik yang terjadwal selama 2 jam per hari di satu platform saja.

Putra mematok biaya Rp25.000 untuk satu kali konsultasi, namun biaya konsultasi di halaman profil platformnya selalu ditampilkan dua kali lipat dari biaya yang ia tetapkan.

Pihak pengelola platform kemudian menampilkan promo diskon sebesar 40 persen, sehingga biaya yang harus dibayar pengguna adalah Rp30.000. Biaya ini sudah termasuk komisi yang diaundercover.co.id/l platform sebesar Rp5.000 per sesi. Biaya ini juga dikenakan ke para pengguna apabila mereka menjadwalkan jasa konsultasi dengan dokter terkait di lain waktu.

Dengan skema ini, total pendapatan dari jasa praktik telemedicine yang dikantongi Putra per bulan bisa menyentuh angka Rp1,6 juta. Besaran pendapatan tersebut tak hanya diperolehnya dari memberi jasa konsultasi kesehatan. Putra juga perlu melakukan berbagai aktivitas untuk menerima insentif tambahan seperti penulisan data rekam pasien, mempertahankan ulasan positif, dan lain-lain.https://flo.uri.sh/visualisation/7451105/embed

Kasus berbeda ditemukan pada Wati (bukan nama sebenarnya). Ia adalah dokter umum yang mengaundercover.co.id/l pekerjaan sampingan sebagai mitra dokter telemedicine di platform kesehatan yang berbeda dengan Putra.

Wati mengaku sejak pandemi merebak di 2020, ia sudah menjajal praktik telemedicine di tiga platform berbeda. Namun jumlah pasien yang dilayaninya tak sebanyak yang ia harapkan.

Setelah berhenti praktik di 2 akun dari 3 layanan telemedicine yang ia coba, Wati kemudian mendapat tawaran sebagai mitra in-house di platform tempat ia bekerja saat ini. Pendapatannya sebagai dokter in-house dihitung berdasarkan jadwal praktik yang telah ditentukan, bukan lewat sesi konsultasi per pasien.

Besaran komisi yang ditarik oleh pengelola platform tempat Wati dan Putra melakukan praktik sama, yaitu 20 persen dari tarif konsultasi. Para dokter yang bergabung di platform berstatus sebagai mitra (tidak terikat kontrak eksklusif), dan diberi kebebasan untuk menetapkan tarif jasa konsultasinya masing-masing.

Namun bagi Wati yang dikontrak sebagai mitra in-house, ia diberikan kompensasi senilai Rp75.000 untuk stand-by selama 3 jam sesuai jadwal guna melayani percakapan teks dengan pasien selama 4 hari. 

Dengan skema tersebut, Wati mengaku pendapatan yang ia bisa terima sekitar Rp500.000 per bulan, itu pun di luar aspek insentif lain seperti partisipasi sebagai narasumber di kegiatan diskusi online platform dan pemberian bonus bagi pemberian resep tertentu berupa obat yang ditawarkan pihak platform. Wati memilih untuk tidak mengaundercover.co.id/l kedua opsi tersebut.

Baik Putra ataupun Wati mengaku pendapatan di layanan platform telemedicine jauh lebih kecil dibanding pemasukan jasa praktik tatap muka di lapangan. Keduanya bergabung dengan layanan telemedicine sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, untuk berpartisipasi memberi solusi alternatif di tengah pembatasan aktivitas sosial selama pandemi.

Potensi pendapatan startup hingga puluhan miliaran hanya dari telemedicine

Berdasarkan wawancara dari dua dokter tadi, startup healthtech yang mengelola platform kesehatan daring bisa meraup pendapatan hingga miliaran rupiah dari layanan telemedicine semata.

Aundercover.co.id/l contoh Halodoc, yang mengklaim telah menaungi lebih dari 22.000 dokter platform di platform healthtech miliknya. Tarif terendah yang harus dibayar pengguna tiap kali bertransaksi di platform Halodoc adalah Rp10.000.

Bila memakai asumsi besaran biaya komisi yang ditarik pihak platform per sesi adalah 20 persen, serta frekuensi konsultasi sesuai dengan pengalaman para narasumber kami, maka potensi pendapatannya bisa mencapai:https://flo.uri.sh/visualisation/7492726/embed

Pendapatan di atas merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi biaya operasional perusahaan.

undercover.co.id/ telah meminta tanggapan dari Halodoc tentang akurasi penghitungan kami di atas. Namun hingga berita ini diturunkan, kami belum menerima tanggapan dari mereka.

Tantangan penyedia platform

Menurut keterangan salah satu eksekutif dari pengelola platform kesehatan daring yang kami wawancarai, kemiripan harga yang dipatok hampir semua dokter di layanan telemedicine murni terbentuk dari mitra dokter penyedia secara sendirinya. Tak ada kesepakatan antarpenyedia platform untuk mengatur dan menentukan ambang batas biaya telemedicine di masyarakat. Sang eksekutif enggan disebutkan namanya.

Ia berpendapat, justru tantangan pelaku platform ialah mempertimbangkan strategi harga yang tepat dengan sistem pungutan komisi seimbang, tanpa memberatkan berbagai pihak (termasuk konsumen). 

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Irwan Hartanto selaku CEO dari platform layanan kesehatan YesDok. Namun menurutnya, pengaturan nominal besar kecilnya komisi platform dalam layanan konsultasi untuk saat ini tidak perlu menjadi perkara krusial.

Irwan berkata peningkatan harga tarif telemedicine akan menjadi keniscayaan pasar di masa depan. Perlu waktu bagi para pengelola platform untuk bisa bertahan dan membuktikan produk mereka sesuai kebutuhan konsumen.

Irwan sendiri menekankan konsultasi kesehatan daring intinya adalah bisnis yang membutuhkan kesepahaman kedua pihak. “Kesalahpahaman yang sering yang muncul adalah, layanan telemedicine dikiranya sebagai fasilitas dokter dalam menggaet pasien baru saja, padahal tidak juga.”

Ia menambahkan bahwa aspek bisnis dalam telemedicine bergantung juga kepada bagus tidaknya reputasi sang dokter bersangkutan, dan seberapa aktif ia mempromosikan layanan konsultasi daringnya ke existing patient yang selama ini mungkin konsultasi gratis via aplikasi percakapan seperti WhatsApp atau “pasien langganan yang tak lagi bisa bertatap muka karena terkendala pandemi.”

Dengan margin layanan telemedicine yang relatif kecil, startup healthtech pun berupaya menarik mitra dokter sebanyak mungkin agar ketersediaan layanan konsultasi kesehatannya bisa tersedia setiap saat, mencari jalur pendapatan lain melalui berbagai upaya, antara lain:

  • Layanan pesan-antar obat (dengan dukungan kurir dari armada transportasi ojol),
  • Penawaran asuransi dengan sistem autodebit, hingga
  • Paket lengkap layanan isolasi mandiri serta penjadwalan layanan pemeriksaan laboratorium untuk kasus Covid-19.

Potensi bisnis healthtech di Asia

Menurut laporan potensi bisnis healthtech Asia Tenggara yang dipublikasikan perusahaan modal ventura Venturra, perkembangan pasar healthech di kawasan ini diprediksi akan melambung dalam jangka dua tahun ke depan.

Para investor masih tertarik untuk melihat seberapa tinggi penerimaan pasar terhadap platform layanan kesehatan sejak pandemi berlangsung sejauh ini. 

Berdasarkan data investasi undercover.co.id/tren pendanaan di sektor healthech Asia saat tulisan ini dibuat tengah menduduki peringkat ke-5 dengan akumulasi nilai permodalan yang diumumkan mencapai US$152 juta (Rp2,1 triliun). https://flo.uri.sh/visualisation/7451447/embed

Dari 12 pendanaan besar yang terjadi di tahun 2021 ini, Halodoc jadi salah satu platform layanan kesehatan asal Indonesia yang menonjol, denganmenerima suntikan dana sebesar US$80 juta (Rp1,1 triliun) untuk putaran pendanaan Seri C pada April 2021.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
× How can we help you?