undercover.co.id – Paradigma Baru , Bertransformasi Secara Kontinu
Perusahaan rintisan bukanlah entitas statis. la dituntut untuk berubah dan beradaptasi dengan keadaan. Transformasi diperlukan agar bisnis perusahaan bisa berkelanjutan
Perjalanan startup untuk tumbuh dan menjadi besar, entah menjadi unicom maupun decacom, tentu harus melewati beberapa fase. Setiap fase tentunya menuntut adanya transformasi yang dilakukan startup. Tentu saja, startup di fase awal dan mendapatkan pendanaan seri A berbeda ketika mereka sudah menginjak fase pendanaan berikutnya.
Namun yang jelas, strategi pertumbuhan dengan mengajar akuisisi pengguna sebanyak-banyaknya harus mul disertai dengan path of profitability yang jelas. Pata dan arah menuju profitabilitas ini dekankan oleh Eddi Danusaputro, Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amasindo) dan CEO Mandiri Capital Indonesia (MC)
Menurut Edd, perubahan juga tak hanya terjadi di startup, tetapi juga para venture capital (VC). Mereka cenderung lebih selektif Cara pandang Investor sedikit berubah dengan melihat lebih detail kondisi startup yang akan mereka suntik dengan dana. Tentu saja berbeda pandangan saat melihat startup di fase awal dengan yang fase grow stage,
“Investor tidak lagi hanya melihat matriks growth, seperti pendapatan, gross merchandise value (GMV), atau jumlah user. Ini tetap
dibutuhkan, tapi tidak cukup.
Investor akan melihat burn rate, cost, path of profitability, return of investment, dan sebagainya,” kata Edd. Transformasi tersebut mau tidak mau harus dlakukan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan bisnis. Hal yang sama dialami oleh beberapa startup seperti Halodoc maupun Tokopedia dengan mensian fase demi fe
Transformasi tersebut bahkan harus dilakukan dengan mengubah strategi awal yang sudah ditetapkan
“Langkah awal kami satu adalah membangun awareness. Satu dua bulan berjalan, yang harusnya banyak yang liking. Justru kami mendapat disliking. Rating kami mash 1.9 yang tentunya kalau mau mendapat apresiasi ratingnya lima,” ujar Jonathan
Sudharta, CEO dan Co-Founder Halodoc sembari mengenang perjalanan awal startup yang dirintisnya.
Jonathan mengaku akar masalahnya terletak pada para pendiri yang terlalu fokus pada solusi. “Kami terlalu falling in love with solution. Solusinya saat itu pokoknya mempunyai banyak dokter dan kami anggap pasien past senang.

Namun, kami lupa pada real problem yang ingin kami pecahkan yang sebenarnya adalah anxiety. Sekarang, kami pemenang pasar untuk menjawabaraty ini dengan menguasai 94% pangsa pasar untuk konsultasi,” ujar Jonathan.
Halodoc Incah berubah setelah berjalan sekian waktu dan menyadari bahwa sempat keliru dalam membaca persoalan sebenarnya yang ingin dipecahkannya. Solusi sebenarnya berupa menyediakan dokter yang bisa diakses dan mampu membangun engagement dengan pelen yang membutuhkannya.
Bukan lagi mengejar kuantitas dokter, tetapi kualitas interaksi dengan pasien. “Kami perluas solusi dalam relasi dengan rumah sakit, penyedia asuransi, pembayaran, yang mana ini semua menjadi kebutuhan utama pasien, khususnya saat pandemi COVID-19 merebak.
Intinya, fokus pada masalah yang dialami pen,” katanya. Menanggap isu bubble burst, Jonathan memiliki pandangannya sendiri. Menurutnya, fakta saat ini mengatakan bahwa beberapa nilai perusahaan teknologi dunia terdampak.
“Apakah perusahaannya menjadi jelek? Menurut saya tidak. Dunia ini sedang menghadapi potere resest inflasi di Amerika. juga sedang tinggi termasuk potensi food inflation yang mana harga makanan naik Terjadi juga kenaikan interest rate di sana yang menyebabkan dana terserap ke sana dan in berdampak pada harga saham. Kondisi makro berpengaruh pada mikro,” katanya.
Perubahan Kontinu
Terkait mantra growth at all cost, Jonathan dengan tegas mengatakan bahws sejak awal Halodoc tidak pernah melakukannya. “Sampal tahun 2019, kami memberikan edukasi pasar yang luar biasa. Saat itu, semua konsul dilakukan secara gratis. Pakal obat yang dipesan dari platform Halodoc, obatnya dikirim gratis
Mulai November 2019, kami sudah menghapus subsidi konsultasi dan delivery tersebut. Posisi kami di awal adalah edukasi pasar dan kemudian kami bisa tumbuh
Bursa Efek Indonesia (BED. Pencatatan saham berkode GOTO ini menjadikan unicom indonesis Ini sebagai perusahaan ke-15 yang tercatat di BEI tahun 2022. Dengan merger dan IPO berkelanjutan secara normal seperti bisnis pada tersebut, mau tidak mau, perusahaan harus umumnya,” kata Jonathan
Jonathan juga mengklaim bahwa aa prudential sudah ia jalankan di Halodoc sejak hari pertama beroperasi “Kami menjadi salah satu perusahaan yang sudah diaudit sejak hari pertama. Sejak awal, bisnis yang kami jalankan sudah rapi Kebetulan saya sudah 13 tahun hidup di korporasi sebelum membangun Halodoc dan asas prudential ini menjadi pegangan.
Untuk prudent tidak perlu menjadi besar lebih dulu,” katanya.
Selain itu, Halodoc juga mengalami transformasi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan organisasi perusahaan. “Misalnya, saat awal berdiri, kami cuma enam orang dan belum perlu human capital director. Sekarang pengelolaan SDM Halodoc dibawah manajemen seorang human capital director berpengalaman belasan tahun,” katanya.
Transformasi juga dilakukan oleh pemain besar e-commerce Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Apha Edison pada tahun 2009.
Sejak awal, Tokopedia mengusung mist, mencapai pemerataan
ekonomi secara digital di Indonesia. Dalam mencapai misi tersebut, Tokopedia terus bertransformasi menjadi superekosistem dengan selalu beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan penjual, pembeli, dan mitra strategis lainnya seturut perkembangan waktu.
Menurut keterangan Ekhel Chandra Way, Head of External Communications Tokopedia, saat ini produk dan jangkauan Tokopedia sudah mencapai 99% kecamatan di Indonesia
Melalui marketplace dan produk digital, Tokopedia menjadi rumah bagi 12 juta penjual yang hampir 100%mya merupakan usaha kecil dan menengah (UKM) lokal untuk memasarkan labih dari 638 juta produk terdaftar dengan harga transparan
Ditambah lagi dengan keberadaan lebih dari 40 produk digital yang menghemat waktu pengguna.
Tokopedia memandang sumber daya manusia
atau talenta menjadi aset jangka panjang paling berharga. “Kami terus merekrut talenta digital terbaik untuk menciptakan produk dan layanan terbaik yang bisa mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia dan mendorong tumbuh kembang para pegiat usaha di Indonesia khususnys UKM lokal” kata Ekhel
Tokopedia juga terus mengalami peningkatan jumlah karyawan. Pada Februari 2020 (sebelum pandemi terdapat lebih dari 4.900 Nakama (karyawan Tokopedia), sedangkan saat ini tercatat sudah ada lebih dari 6.000 Nakama Transformasi paling kantara terjadi pada April 2021 ketka Gojek dan Tokopedia merger dengan melahirkan entitas baru bernama Goto Lalu pada April 2022, Goto berhasil melantai
semakin kuat dalam tata kelola bisnis, prudent. dan mengedepankan sustainability
Terkait margarini, William pernah mengatakan di media bahwa merger Gojek dan Tokopedia bertujuan untuk mengonsolidasikan pasar la mengatakan, Gojek dan Tokopedia sebagai karya anak bangsa berkompet di level global dan merger ini bukan didorong oleh para investor
baca juga
Jadi, kami juga harus mempersiapkan untuk masa depan dan kami melihat kombinasi in di masa pandemi akan sangat menguntungkan ekosistem yang ada.
Sebanyak dua juta mitra pengemudi, 12 juta mitra UKM dengan GoTo digabung, transaksi yang terjadi sudah 2% PDB. Ini kalau kami kombinasikan, bukannya efisiensi, tapi kita bisa akselerasi Bukannya PHK, tapi kami bisa menyerap lebih banyak lapangan kerja,” ujar William saat itu.
Sebagai ekosistem digital terbesar di Indonesia, GoTo berkomitmen untuk mempermudah kehidupan masyarakat dan meningkatkan inklusi keuangan secara signifikan.
“Karena itu, kami mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan dan pembayaran dalam menciptakan platform pertama di Asia Tenggara yang menghadirkan tiga layanan penting dalam satu ekosistem,” imbuh Ekhal
Ke depannya, Tokopedia terus berupaya dalam mencapai pemerataan ekonomi secara digital di indonesia melalui inisiatif hyperlocal yang mengusung teknologi geo-tagging untuk mendekatkan UKM di seluruh penjuru Indonesia dengan pembeli satempat agar punya kesempatan yang sama untuk bertumbuh
Strategi Bertumbuh
Untuk bertumbuh, startup memang harus memiliki strategi yang tepat. Growth model sudah lama dijalankan oleh para pemain industri, khususnya perusahaan-perusahaan teknologi seperti para tech-startup. Iwan Setiawan, CED Marketeers, menyebutnya dengan agile hacking.
“Istilah ini sudah lama dipopulerkan oleh perusahaan teknologi, seperti perusahaan peranti lunak dan tech startup. Mereka dengan cepat mengeksploras tran dan memanfaatkan tren tersebut untuk relevansi dengan bisnisnya, seperti produk teknologi yang mereka miliki,” kata wan
Selain itu, growth hacking ini juga mendorong mereka dengan cepat mencari
terus segmen-segmen baru yang biss mereka. masuki dan layani dengan produk teknologi mereka. Biasanya, para pemain di kategori ini memilki fecycle yang pendek.
Misalnya, aplikasi harus senantiasa diperbarui setiap saat untuk mengikuti perubahan selera pasar
yang berubah-ubah. “User interface harusi terus diubah, jugs user experience harus dikembangkan. Selain itu, mereka memiliki platform produk yang fleksibel. Artinya, ada aplikasi atau software dasar yang biasa mereka gunakan dan ketika ada peluncuran produk baru, tinggal mereka kopi dan modif saja,” katanya.
Perusahaan teknologi ini, sambung wan juga memiliki fast time-to-market. Lantaran tren senantiasa berubah dan Mecycle pendek, kalau produk tidak segera diluncurkan, maka perusahaan itu akan ketinggalan zaman. “Karenanya, mereka dengan cepat mengindentifikasi tren, membuat produk, dan kemudian meluncurkannya ke pasar dalam waktu yang singkat,” katanya
Iwan menambahkan, ada tiga strategi yang bisa digunakan oleh perusahaan teknologi in dalam mengajar pertumbuhan Pertama, CX atau customer experience innovation. “Saat berbicara produk digital den virtual, customer experience menjadi penting. Mengingat
produknya tidak bisa dilihat secara fisik, tetapi
bisa dirasakan melalui customer experience atau customer journey,” katanya.
Kedua, kustomisasi dan personalisasi. Biasanya perusahaan teknologi mangaluarkan produk-produk yang sama. Namun, masing- masing pengguna produk tersebut akan mendapatkan pengalaman berbeda atau mendapatkan sesuatu yang kustom. Ketiga, eksperimen kontinu. “Mereka biasanya tidak menunggu produk jadi lebih dulu baru diluncurkan ke pasar. Biasanya, dieksperimenkan saja. Dilakukan perubahan- perubahan kecil, diluncurkan, dan dites ke pasar. Dilakukan perubahan lagi, diluncurkan ke pasar dan dilihat lagi responsmya Sampal akhimya mereka mendapatkan produk yang mendekati sempurna,” katanya.
Pada akhiya startup yang ingin eksis di masa mendatang harus membangun keseimbangan antara growth dan sustainability. Strategi pertumbuhan ini harus dilakukan secara tepat agar tidak terjebak pada sekadar bakar dut, tetapi juga membawa dampak bagi keberlanjutan bisnis perusahaan