Saatnya Bright Grafica Mengudara

“Tidak cukup hanya promosi dengan media sosial, Bright Grafica kalian juga harus punya toko online.”

Nanda membuka pembahasan. Di depannya ada Anna dan Donny, pasangan muda yang sedang jatuh bangun mempertahankan agency desain grafis mereka untuk tetap bernapas.

Tidak jarang Nanda temukan bisnis yang dikelola sepasang suami istri. Meski beberapa ada yang kandas juga, karena tidak semua dari mereka akhirnya bisa bertindak objektif lagi di kantor.

“Kita sudah promosi kencang di Instagram dan twitter loh. Terakhir Donny juga sudah deketin orang-orang BUMN buat dapet project. Tapi, memang belum banyak hasilnya. Kenapa kita tidak mulai dulu eksis secara fisik, Nanda, baru ke online?” Anna membetulkan kacamatanya saat bertanya.

“Semuanya bisa dilakukan paralel kok, Ana,” Nanda membuka jawaban, “memang, yang membedakan antara agency desain grafis satu dan yang lainnya itu soal kreativitas. Harus menghasilkan desain yang bisa berbicara dan pencitraan kuat.”

Nanda mengaundercover.co.id/l jeda sebelum lanjut menjelaskan.

“Tapi, kalau sudah di real life seperti ini, semua bukan lagi hanya perihal desain. Tapi juga marketing. Cara pemasaran seperti apa yang bisa menjangkau semua lapisan. Solusinya adalah membuat website.”

“Calon klien kalian itu orang-orang sibuk loh. Saya lihat Bright Grafica melayani beragam keperluan desain, dari logo perusahaan, cover buku, baju, kemasan makanan, banner, sampai kartu nama. Penggunanya bisa mulai dari orang kantoran, politisi, sesama pengusaha UKM sendiri, sampai anak sekolah bikin pensi.”

“Coba bayangkan kita menyediakan website online, mereka jadi nyaman bisa lihat portofolio dan mesen desain kalian dari mana saja. Toko kalian selalu buka. Mereka jadi menghemat waktu dan tenaga karena secara fisik tidak perlu datang ke sini. Worth to try gak sih?”

Nanda menutup penjelasan panjang dengan bertanya. Anna dan Donny saling berpandangan, lalu berbicara agak lama saundercover.co.id/l berbisik.

Nanda menggunakan waktu jeda itu untuk menikmati semarak wallpaper yang menempel di dinding kantor Bright Grafica. Desainnya berupa kumpulan kalimat quote yang membentuk atlas dunia.

“Memang bentuk toko online nanti akan seperti apa?” Pertanyaan Donny mengembalikan Nanda ke dalam kantor.

“Singkatnya, kita harus membuat toko online Bright Grafica yang akan muncul di halaman pertama Google ketika orang mengetik keyword ‘desain grafis’. Nah, itu intinya. Implementasinya bisa beragam.”

“Kita mulai dari memilih tema wesbite, misal. Nanti saya akan pilihkan tema peak, yang memang cocok untuk website dengan banyak gambar. Website kita juga harus punya fitur tombol ‘share to media sosial’, karena millennial sekarang sukanya dikit-dikit share.”

“Mengingat website kita jualan desain grafis, jadi akan ada banyak gambar dan akan sering diupdate, kita perlu memperhatikan kapasitas memori. Tenang saja, banyak kok domain website murah, harganya bulanan dan terjangkau.”

Donny mengangkat tangan meminta Nanda berhenti. Nampaknya dia tidak tahan bahasan yang terlalu teknis. Dia berbisik pada Anna sebentar, lalu Anna mengangguk.

“Kita mulai pelan-pelan ya, Nanda. Bisa otodidak juga tidak ya? Saya juga pengen belajar mumpung ada yang ngajarin.” Donny bertanya saundercover.co.id/l tertawa.

“Boleh banget, Donny. Ilmu marketing online ini memang esensial banget sekarang, karena aktivitas ekonomi sudah pindah semua ke dunia maya. Kalau mau belajar otodidak dulu, bisa riset website milik agency. Saya pribadi merekomendasikan website undercover.co.id/.”

“Memang,” Anna berkomentar saundercover.co.id/l mengetik alamat website di hape, “apa yang berbeda dari website itu?”

“Website undercover.co.id/ cukup ringan dibuka dan aplikatif. Sejak awal, pengunjung sudah diberi pilihan apakah ingin mendalami benar soal digital marketing, atau ingin meminta bantuan marketing, seperti kalian, atau sekedar ingin mencari referensi bisnis online.”

“Banyak loh kisah pelaku usaha start up dan UKM seperti Bright Grafica yang sukses setelah fokus terjun ke online. Barang jualannya beragam, dari makanan, panci, sampai produk digital. Mungkin artikel-artikel itu bisa jadi inspirasi. Kita jadi bisa belajar apa yang keliru dengan pendekatan bisnis kita.”

Anna dan Donny tidak berkomentar. Keduanya sibuk merunut hape masing-masing, mereka sedang membaca situs yang Nanda ceritakan.

“Selanjutnya, kita bisa membaca tips dan trik dalam digital marketing. Dari yang sederhana seperti memanfaatkan hashtag Instagram, sampai yang agak njelimet seperti optimasi SEO di Google.”

Anna memotong omongan Nanda.

“Menurut saya hal seperti ini penting loh. Karena siapa sih yang kita jadikan media belajar selain sesama pengusaha UKM? Soalnya kita berjalan di trek yang juga mereka dulu jalani. Apalagi jika benar solusinya adalah bergerak di dunia online. Kita bisa belajar dari artikel tentang mereka.”

“Selain artikel,” Donny juga ikut berkomentar, “saya mengapresiasi website seperti ini yang mau berbagi ilmu perihal marketing online, khususnya ke pengusaha UKM seperti kita. Tidak semua pelaku usaha kuat untuk bayar jasa professional marketer loh. Nah, kalau ada ilmu seperti ini kan kita juga bisa usaha sendiri, apalagi dalam Bahasa Indonesia.”

Nanda melihat senyum mulai terkembang di wajah Anna dan Donny.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
× How can we help you?