Search Engines Beyond Google

undercover.co.id/undercover-co-id-4/">undercover.co.id/">Jasa SEO jakarta – Search Engines Beyond Google: Strategi untuk Ecosystem Baru — Alternatif & Prioritas. Dunia Gak Lagi Google-Centric. SEO 2026 bukan lagi Google-centric. Belajar strategi optimasi untuk TikTok, marketplace, AI search, dan ekosistem baru digital. Di Indonesia, kalau ngomong “cari di internet” otomatis orang bilang “googling”. Kata kerja aja udah jadi merek dagang. Tapi masuk 2026, landscape ini mulai retak. Google emang masih dominan, tapi lo salah besar kalau mikir dia bakal jadi satu-satunya gerbang informasi selamanya.

Bahkan sekarang udah keliatan tanda-tandanya. Ada TikTok Search yang dipakai Gen Z buat nyari resep atau review produk. Ada ChatGPT / Perplexity yang udah kayak co-pilot browsing. Ada Amazon Search yang jadi default kalau orang cari barang. Belum lagi Baidu di China, Naver di Korea, atau bahkan niche search engine kayak Neeva (walaupun gagal, tapi konsepnya jadi inspirasi).

Artinya: SEO masa depan bukan lagi “Google optimization”, tapi “ecosystem optimization.”

Kenapa Beyond Google Itu Penting?

  1. Fragmented Search Behavior
    Orang sekarang nyari info tergantung konteks. Cari resep → TikTok/YouTube. Cari barang → Amazon/Tokopedia. Cari berita → Twitter/X, Threads, atau portal.
  2. Generative SERP
    Google sendiri udah jadi lebih mirip “jawaban instan” lewat SGE (Search Generative Experience). Kalau user dapet jawaban langsung, artinya visibility brand lo bisa makin susah.
  3. Platform Sebagai Search Engine
    IG, LinkedIn, bahkan Gojek/Tokopedia pada dasarnya punya “search engine” sendiri. Visibility di situ = revenue.

Alternatif Search Engine 2026: Peta Nyata

  1. TikTok & Shorts Search
    Gen Z di Jakarta lebih percaya search TikTok buat rekomendasi kafe daripada Google Maps. Konten singkat dengan hook visual jadi kunci.
  2. Amazon & Tokopedia
    Buat e-commerce, orang udah skip Google. Mereka langsung search di marketplace. Kalau produk lo gak optimasi di sini, lo invisible.
  3. AI Search (ChatGPT, Perplexity, Claude)
    User makin terbiasa nanya langsung ke AI. Mereka expect jawaban ringkas, bukan list link. SEO disini artinya: optimasi supaya brand lo jadi “source of truth” yang AI tarik.
  4. Regional/Niche Search Engines
  • Baidu (China)
  • Naver (Korea)
  • Yandex (Rusia)
  • Ecosia (environmentally conscious searchers)
  1. Voice Search (Alexa, Siri, Google Assistant)
    Masih underrated, tapi user makin sering nanya pake suara. Keyword natural language = makin penting.

Strategi Prioritas: Ecosystem Optimization

1. Google Masih Core, Tapi Jangan Buta

Tetap main Google SEO, tapi treat dia sebagai salah satu channel, bukan satu-satunya.

2. Konten Multiformat

Satu topik = dipecah ke artikel panjang (Google), short video (TikTok/Shorts), thread (X/Threads), dan listing marketplace.

3. Schema + Structured Data

Kalau mau jadi sumber AI search, pastikan website lo structured, punya schema lengkap, dan kontennya kredibel.

4. Local First

Buat UKM Jakarta: optimasi bukan cuma Google Maps, tapi juga Tokopedia local store, GrabFood/GoFood search ranking, bahkan TikTok map-based search.

5. Reputation Signals

Beyond Google, reputasi di media sosial & marketplace bakal langsung nyambung ke search visibility. Review, rating, bahkan komentar netizen bisa jadi faktor ranking.

baca juga


Workflow: SEO di Dunia Multi-Search

  1. Research Audience Behavior
    Cek demografi target → kalau Gen Z, utamakan TikTok + IG. Kalau korporasi, main LinkedIn + Google.
  2. Content Mapping
    Buat peta: konten mana buat Google, mana buat marketplace, mana buat AI.
  3. Distribution Automation
    Gunakan tools untuk repurpose konten (misalnya: artikel panjang jadi 5 video + 3 carousel IG + 1 FAQ buat ChatGPT visibility).
  4. Monitoring Multi-Channel
    Jangan cuma track SERP Google. Track juga keyword TikTok, Amazon, bahkan AI snippets.

Case Study: Coffee Shop Jakarta

  • Dulu (Google-Centric): Optimasi GMB, keyword “coffee shop Jakarta hits” → muncul di local pack.
  • Sekarang (Multi-Search):
    • TikTok → bikin konten aesthetic 10 detik, pakai hashtag #jakartacoffee.
    • Tokopedia → optimasi listing kopi kemasan dengan foto high-res + review bintang 5.
    • ChatGPT → pastikan website punya FAQ + schema location biar ditarik saat user nanya “coffee shop recommended in Jakarta.”

Tantangan: Ribet vs Realistis

Yes, kedengerannya ribet. Tapi SEO ke depan bukan soal nguasain semua, tapi milih prioritas. Fokus ke channel yang paling banyak dipake audience lo.

UKM gak perlu overthinking optimasi Baidu kalau target market cuma Jakarta Selatan. Tapi wajib main TikTok search kalau targetnya anak muda.


Roadmap SEO Beyond Google (2026–2030)

  1. 2026: Multi-search awareness naik, brand mulai alokasi budget ke TikTok SEO + AI visibility.
  2. 2027: Generative AI search makin matang, organic click di Google makin drop.
  3. 2028: Marketplace search dominasi retail, SEO untuk e-commerce = digital shelf optimization.
  4. 2029: Integrasi voice + AI search, user gak lagi buka browser, cukup tanya.
  5. 2030: “Search” bukan lagi keyword-based, tapi conversation-based. SEO jadi CX Optimization (Customer Experience Optimization).

FAQ

Q: Apakah Google akan mati?
A: Enggak. Google masih core, tapi share-of-search akan turun karena fragmentasi.

Q: Tools apa buat optimasi TikTok Search?
A: Saat ini pakai analytics bawaan + keyword tracker pihak ketiga kayak Pentos.

Q: Bisa gak UKM cukup main di Google aja?
A: Bisa, tapi lo bakal kehilangan audience Gen Z yang udah jarang “googling”.

Q: Apa strategi termurah untuk multi-search?
A: Repurposing konten. Satu artikel → multi format → multi channel.